Pengertian
Kala IV
Kala IV adalah
kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan
ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
Fisiologi
Persalinan Kala IV
Dua jam pertama setelah
persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi dimana baru saja
mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Pada ibu melahirkan bayi dari
perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar.
Perubahan-perubahan
dari organ ibu pada kala IV meliputi:
1. Involusi korpus uteri
Segera setelah pengeluaran
plasenta, fundus uteri yang berkontraksi terletak di pertengahan antara
umbilikus dan simfisis atau lebih tinggi. Korpus uteri sebagian besar terdiri
dari miometrium yang dibungkus oleh serosa dan dilapisi oleh desidua, dinding
anterior dan posterior berada pada posisi menempel dengan tebal 4 – 5 cm.
Uterus tampak iskemik karena pembuluh darah tertekan oleh kontraksi miometrium.
Berat uterus setelah melahirkan menjadi 1 kg, hal ini berkaitan dengan
berkurangnya ukuran bukan pengurangan jumlah sel otot. Karena pelepasan
plasenta dan membran termasuk lapisan spongiosa, maka hanya desidua basal yang
tetap di uterus dengan ketebalan yang menyolok, gambaran bergerigi, tidak
teratur dan terinfiltrasi oleh darah.
Setelah
persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesterone hilang. Maka timbulah
pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Bayi
yang segera disusui, merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin
dikeluarkan oleh hipofise. Produksi air susu ibu (ASI) akan lebih banyak.
Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih senpurna.
2. Involusi tempat plasenta
Setelah plasenta lahir, tempat
plasenta tampak kasar, tidak rata dengan ukuran tempat plasenta sebesar telapak
tangan dan dengan cepat mengecil pada minggu kedua dengan diameter 3 – 4 cm,
pada akhir masa nifas 1 – 2 cm. Tempat plasenta yang terdiri dari pembuluh
darah, tersumbat oleh trombus dan akan dilepaskan dari dasarnya dengan
pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka (terjadi proses
exfoliasi), plasenta bed mengecil karena kontraksi.
3. Perubahan pada pembuluh darah
Setelah kelahiran, pembuluh
darah ekstra uteri mengecil atau mendekati keadaan pra kehamilan. Sebagian
besar pembuluh darah mengalami obliterasi denagn perubahan hialin dan pembuluh
yang lebih kecil.
4.
Perubahan pada serviks dan vagina
Setelah persalinan, serviks dan segmen bawah uteri menjadi struktur
yang tipis, kolaps dan kendor, tepi luar serviks yang tadinya os. eksterna
mengalami laserasi. Mulut
serviks mengecil perlahan-lahan, setelah persalinan serviks dapat dimasuki 2
jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam
persalinan. Pada vagina dan pintu keluar membentuk lorong berdinding lunak dan
luas yang ukurannya secara perlahan akan mengecil. Rugae tampak pada minggu
ketiga.
5. Perubahan peritonium dan dinding
abdomen
Saat miometrium berkontraksi
dan beretraksi setelah kelahiran, peritonium yang membungkus sebagian besar
uterus dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum
dan rotundum lebih kendor daripada kondisi tidak hamil dan memerlukan waktu
yang cukup lama untuk kembali dari peregangan dan pengendoran yang dialami
selama kehamilan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastis kulit dan
distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus saat hamil, dinding
abdomen lemah dan kendor.
6. Perubahan pada saluran kencing
Pada pemeriksaan sistokopik,
dinding kandung kencing tampak oedema dan hiperemia dan sering elestravasasi
darah mukosa. Kandung kencing mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan
relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika. Dilatasi ureter dan
pelvis renalis kembali ke keadaan sebelum hamil, mulai dari 2 minggu dari
kelahiran.
C. Komponen dasar dalam pemantauan kala IV
Komponen-komponen
data dasar pada persalinan kal IV meliputi informasi yang diperlukan untuk
pengevaluasian dan panatalaksanaan asuhan ibu selama jam-jam pertama paska
persalinan, yang terdiri dari:
a.
Uterus
o
Setelah
kelahiran plasenta, uterus biasanya akan berada pada garis tengah dari abdomen,
kira-kira dua pertiga sampai tiga perempat naik ke atas antara symphysis pubis
dan umbilikus.
o
Uterus
yang dijumpai berada di atas umbilikus merupakan indikator adanya penggumpalan
darah di dalam uterus.
o
Uterus
yang dijumpai berada di atas umbilikus dan agak menyamping biasanya ke kanan,
menunjukkan bahwa kandung kemih penuh.
o
Uterus seharusnya terasa keras (kaku) bila diraba.
o
Uterus yang lembek, berayun menunjukkan bahwa uterus
dalam keadaan hypotomi dan tidak berkontraksi dengan baik.
o
Uterus yang keras merupakan indikasi mengenai hemostatis
uterus yang efektif.
Langkah
awal dengan mengevaluasi kekonsistenan uterus serta memberikan masase ringan
jika kontraksi tidak baik. Bidan juga harus memastikan kebutuhan mengenai
peningkatan kontraksi uterus dengan cara menyusukan bayi pada ibu segera.
Pemeriksaan uterus segera setelah kelahiran plasenta
meliputi:
a)
Letakkan
tangan pada fundus uteri
b) Jelaskan tindakan ini pada ibu, anjurkan
ibu untuk menarik nafas dalam, perlahan dan bersikap tenang.
c)
Periksa
uterus untuk memastikan uterus berkontraksi dengan baik teraba keras dan fundus
uteri sejajar dengan pusat atau dua jari bawah pusat.
b. Pemeriksaan dan evaluasi serviks, vagina dan
perineum
Seviks, vagina dan perineum harus diperiksa terutama mengenai laserasi
serta luka-luka sekunder yang terjadi, karena pemeriksaan serviks merupakan
prosedur yang tidak nyaman bagi si ibu, maka hal ini hanya dikerjakan bila ada
indikasi.
Indikasi-indikasi itu meliputi:
1.
Uterus
sudah berkontraksi dengan baik namun masih ada darah yang terus mengalir dari
dalam vagina.
2.
Ibu meneran sebelum tercapai pembukaan leher rahim yang
lengkap.
3.
Persalinan dan kelahiran tersebut berlangsung cepat dan
tergesa-gesa.
4.
Prosedur traumatis, misalnya kelahiran tidak sama dengan forceps
atau ekstraksi vakum.
5.
Kala dua dari persalinan tersebut berlangsung traumatis
(misalnya karena dystocia bahu).
Dalam
kelahiran normal sebenarnya tidak diperlukan pemeriksaan serviks, tetapi
sebagian penolong persalinan menganjurkan pemeriksaan serviks dengan alasan
untuk mengesampingkan kemungkinan laserasi serviks sebagai penyebab perdarahan
pada dua jam setelah kelahiran.
Pemeriksaan
daerah perineum dengan lembut dan perlahan, periksalah perineum, vagina dan
vulva untuk mengetahui apakah ada robekan. Setelah proses kelahiran, vagina
akan mengalami peregangan dan lebih besar dari biasanya. Mungkin akan ada
bagian-bagian yang merah, edema dan lecet. Introitus akan nampak terkulai dan
terbuka. Vulva bisa berwarna merah, bengkak dan lecet. Dengan perlahan-lahan
periksalah anus untuk mengetahui apakah ada trauma atau hemorrhoids yang bisa
menonjol keluar.
Selain
perlukaan perineum, ibu-ibu juga terkadang mengalami perlukaan pada vulva,
sekeliling clitoris serta bagian urethra. Pemeriksaan yang seksama dari
daerah-daerah ini akan diperlukan untuk mengetahui lokasi perlukaan dan
mengevaluasinya apakah penjahitan diperlukan.
Langkah-langkah pemeriksaan vagina:
1. Menjelaskan kepada ibu apa yang akan
dilakukan.
2. Periksalah uterus untuk memastikan bahwa
uterus tersebut sudah berkontraksi dengan baik.
3. Lihat dan rabalah sambil anda memisahkan
labia dengan tangan yang menggunakan sarung tangan.
4.
Suruh asisten menerangi dengan menyorotkan lampu ke
vagina ibu.
5. Periksa dengan cermat apakah ada robekan
atau hematoma.
6.
Tekanlah dengan kuat dinding belakang vagina ibu dengan
jari anda. Jika terdapat banyak darah, hapuslah atau diserap dengan kain kasa
agar anda dapat melihat dinding vagina.
7.
lihat sampai jauh ke dalam vagina. Perdarahan dari
laserasi mungkin saja berupa tetesan perlahan atau semburan deras dari arteri
yang berdenyut.
8.
Dengan perlahan tekanlah dinding vagina dan gerakkan jari
anda ke bagian atas dinding vagina satu per satu. Lihat dan raba apakah
permukaannya rata / licin, adakan titik dimana ada perdarahan.
c. Pemantauan selama kala IV
Selama
kala IV ini bidan harus meneruskan proses penatalaksanaan kebidanan yang telah
mereka lakukan selama kal I, II, dan III untuk memastikan ibu tersebut tidak
menemui masalah apapun. Hal ini berkaitan karena sebagian besar kematian ibu
pada paska persalinan terjadi pada 6 jam pertama setelah persalinan. Kematian
ini disebabkan karena perdarahan. Oleh karena itu, pemantauan selama dua jam
pertama post partum sangat penting. Apa yang harus dievaluasi dan seberapa
penting?
“Selama
dalam kala IV pemantauan yang dilakukan meliputi tanda-tanda vital, uterus,
kandung kencing, perdarahan. Tekanan darah, nadi, ukuran dan tonus uterus, kantung
kemih dan perdarahan dievaluasi setiap 15 menit untuk satu jam pertama post
partum dan kemudian setiap 30 menit pada jam kedua”.
Jam ke
|
Waktu
|
Tekanan darah
|
Nadi
|
Suhu
|
Tinggi fundus uteri
|
Kontraksi uterus
|
Kandung kemih
|
perdarahan
|
1
|
||||||||
2
|
||||||||
Masalah kala IV: ............................................................
Penatalaksanaan yang
dilakukan untuk masalah tersebut: .......................................
Bagaimana
hasilnya: .......................................................
Adapun
yang perlu diobservasi dan intervensinya, yaitu:
1. Vital sign
-
Suhu
Periksa
suhu tiap jam, minimal satu kali pada kala IV. Suhu tinggi bisa diakibatkan
karena adanya dehidrasi (persalinan lama dan tidak cukup minum) atau infeksi.
-
Tekanan darah
Tekanan darah diperiksa tiap 15
menit sekali pada jam I post partum, 30 menit sekali pada jam II post partum.
-
Nadi
Periksa
nadi tiap 15 menit sekali pada jam I post partum, 30 menit sekali pada jam II
post partum.
2.
Tonus uterus dan ukuran tinggi fundus uteri
Periksa
tiap 15 menit sekali pada jam I post partum, 30 menit sekali pada jam II post
partum. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah fundus uteri berkontraksi
dengan massage fundus, jika perlu untuk menimbulkan kontraksi. Involusio uteri
dilihat dari hasil pemeriksaan :
-
Tonus uterus tetap berkontraksi
-
Posisi fundus uteri di bawah umbilikus
-
Perdarahan, tidak berlebihan (< 500 cc)
-
Cairan berbau khas
Kala
IV dengan penyuit dapat berupa :
-
Sub involusio : yang di tandai dengan uterus tidak
berkontraksi dan posisi fundus uteri melibihi / di atas umbilikus
-
Perdarahan (> 500 cc) : Penyebab tersering karena
atonia uteri, retensio sisa plasenta dan ruptur perineum.
3. Kandung kencing
Periksa apakah kandung kencing
penuh, jika penuh maka anjurkan ibu untuk buang air kecil, karena jika kandung
kencing penuh akan mendorong uterus ke atas dan menghalangi kontraksi uterus.
Pastikan ibu BAK pada 3 jam petama post partum.
4. Perdarahan
Tentukan jumlah perdarahan,
pada 6 jam pertama perdarahan ± 1 pembalut penuh, jika lebih kaji penyebabnya.
d. Pemenuhan Kebutuhan Ibu dan Bayi pada Persalinan Kala IV
Ä
Bersihkan
ibu dan kenakan pakaian yang bersih dan kering
Ä
Lakukan
rawat gabung untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi sebagai permulaan untuk
pemberian ASI, hal ini juga memacu kontraksi uterus.
Ä
Biarkan
ibu dan bayi istirahat bersama dalam satu ruangan.
Ä Tawarkan
makanan dan minuman kesukaan ibu untuk memulihkan energi dan mencegah
dehidrasi.
Ä Jika ibu ke
kamar mandi, pastikan ada yang mendampingi, ibu harus sudah BAK dalam 3 jam
post partum, jika perlu lakukan kateterisasi.
Ä Ajari
ibu dan anggota keluarga tentang
-
Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
-
Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
Perhatian: Observasi ibu dan bayi tiap 15 menit
sekali pada jam I post partum, 30 menit sekali pada jam II post partum.
D. Perkiraan
darah yang hilang
Perhitungan jumlah darah yang
keluar biasanya tidak akurat, biasanya lebih sedikit dari jumlah yang
sebenarnya. Haswell (1981) menggunakan wadah yang diletakkan dibawah bokong ibu
untuk menampung darah yang keluar dan menyatakan bahwa bila darah yang keluar
lebih dari 500 ml biasanya yang berhasil dihitung hanya setengahnya.
Jumlah darah yang keluar harus
dihitung setepat mungkin. Darah yang dihitung termasuk jumlah darah yang ada
pada seprai sekali pakai, alat tenun, dan yang tertampung di dalam wadah selama
dan setelah kala III. Memeras sekeras mungkin kain yang kotor oleh darah
kedalam wadah untuk pengukuran merupakan hal yang sangat penting. Darah yang
keluar secara nyata dapat diukur dengan gelas ukur, tetapi darah yang membasahi
kain sulit untuk dihitung.
Perkiraan jumlah
darah yang keluar harus didokumentasikan dengan tepat dan rujukan harus
dilakukan bila jumlah perdarahannya berlebihan (> 500 ml).Referensi
- JHPIEGO, POGI, IBI. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP-SP.Jakarta. Hal : N21-N22.
- JHPIEGO. 2003. Asuhan
intrapartum. Jakarta : Pusdiknakes.
- JNPK-KR. 2002.
Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Depkes RI
- Johnson, Ruth. 2004. Buku Ajar Praktik
Kebidanan, Jakarta : EGC. Hal :231-232.
- Manuaba. I.B.2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC.Hal :166-184.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar