Minggu, 08 Maret 2020

PERSALINAN KALA III

Uraian Materi

1.   Pengertian
*    Kala III
Kala III persalinan adalah periode waktu yang dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
*    Manajemen Aktif Kala III
Manajemen aktif adalah kegiatan yang  dilakukan   berdasarkan alasan untuk mempersingkat kala III dan mengurangi terjadinya perdarahan post partum.
2. Tujuan Manajemen Aktif Kala III
*      Persalinan  kala III yang lebih singkat.
*      Mengurangi jumlah kehilangan darah.
*      Mengurangi kejadian retensio plasenta.

3.   Mekanisme Pelepasan Plasenta
Plasenta adalah massa yang bulat dan datar. Permukaan maternal plasenta berwarna antara kebiruan dan kemerahan serta tersusun dari lobus lobus. Pada plasenta bagian maternal inilah terjadi pertukaran darah janin dan maternal. Pertukaran ini berlangsung tanpa terjadi percampuran antara darah maternal dan darah janin. Permukaan fetal plasenta halus, berwarna putih dan mengkilap serta di permukaannya dapat dilihat cabang vena dan arteri umbilikalis. Dua selaput ketuban yang melapisi permukaan fetal adalah korion dan amnion, yang memanjang sampai ujung bagian luar kantong yang berisi janin dan cairan amnion.
Tali pusat membentang dari umbilikus janin sampai ke permukaan fetal plasenta. Umumnya memiliki panjang sekitar 56 cm. Tali pusat ini mengandung tiga pembuluh darah: dua arteri yang berisi darah kotor janin menuju plasenta dan satu vena yang mengandung oksigen menuju janin.
  

Gb.1  Penampang plasenta
Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi miometrium sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus karena plasenta tidak elastis seperti uterus dan tidak dapat berkontraksi atau beretraksi. Pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta dan selanjutnya membantu pemisahan.
                        

              Gb. 2  Plasenta dalam uterus


Gb.3  Plasenta menjadi lebih kecil dan mulai memisahkan diri
Kontraksi uterus yang selanjutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta.

       
  
Gb.4  Pelepasan Plasenta
 Ada 2 metode untuk mengeluarkan plasenta :
1.   Metode Schultze
      Metode yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas dari satu titik dan merosot ke vagina melalui lubang dalam kantung amnion, permukaan fetal plasenta muncul pada vulva dengan selaput ketuban yang mengikuti dibelakang seperti payung terbalik saat terkelupas dari dinding uterus. Permukaan maternal plasenta tidak terlihat dan bekuan darah berada dalam kantung yang terbalik, kontraksi dan retraksi otot uterus yang menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darah dengan kuat dan mengontrol perdarahan. Hal tersebut mungkin terjadi karena ada serat otot oblik di bagian atas segmen uterus.
b.   Metode Matthews Duncan
       Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke vulva dengan pembatas lateral terlebih dahulu seperti kancing yang memasuki lubang baju, bagian plasenta tidak berada dalam kantung. Pada metode ini kemungkinan terjadinya bagian selaput ketuban yang tertinggal lebih besar karena selaput ketuban tersebut tidak terkelupas semua selengkap metode Schultze. Metode ini adalah metode yang berkaitan dengan plasenta letak rendah didalam uterus. Proses pelepasan berlangsung lebih lama dan darah yang hilang sangat banyak (karena hanya ada sedikit serat oblik di bagian bawah segmen)

            

          Gb.5   Metode Schultze                       Gb.6  Metode Mathews Duncan

4.   Tanda-tanda Pelepasan Plasenta
*         Bentuk uterus berubah menjadi globular dan perubahan tinggi fundus.
*         Tali pusat memanjang.
*         Semburan darah tiba-tiba.

Gb.7  Tanda-tanda pelepasan plasenta
5.  Manajemen Aktif Kala III
a.    Pemberian suntikan oksitocin
Oksitosin 10 iu secara IM dapat diberikan dalam 1 menit setelah bayi lahir dan dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta belum lahir. Berikan oksitocin 10 iu secara IM pada  1/bawah paha kanan bagian luar.

Gb.8 Pemberian suntikan oksitoksin
b.   Penegangan tali pusat terkendali
Tempatkan klem pada ujung tali pusat ± 5 cm dari vulva, memegang tali pusat dari jarak dekat untuk mencegah avulsi pada tali pusat. Saat terjadi kontraksi yang kuat plasenta dilahirkan dengan penegangan tali pusat terkendali kemudian tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri kebawah dan atas (dorso kranial) korpus .
                                   
Gb. 9  Peregangan tali pusat terkendali
     Lahirkan plasenta dengan peregangan yang lembut dan keluarkan plasenta dengan gerakan kebawah dan keatas mengikuti jalan lahir. Ketika plasenta muncul dan keluar dari dalam vulva, kedua tangan dapat memegang plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
c.    Pemijatan fundus uteri
Segera setelah plasenta dan selaput dilahirkan, dengan perlahan tapi kokoh melakukan massage uterus dengan cara menggosok uterus pada abdomen dengan gerakan melingkar (sirkuler) untuk menjaga agar uterus tetap keras dan berkontraksi dengan baik serta untuk mendorong setiap gumpalan darah agar keluar.

Gb.10  Massage Uterus

Sementara tangan kiri melakukan masage uterus, periksalah plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa kotiledon dan membran sudah lengkap (seluruh lobus dibagian maternal  harus ada dan bersatu/utuh, tidak boleh ada ketidakteraturan pada bagian pinggir-pinggirnya, jika hal tersebut ada, berarti menandakan ada sebagian fragmen plasenta yang tertinggal).
 Referensi


  1. Depkes. 2007. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPKKR. Hal 123-8
  2. Saifuddin,  AB.  2002.  Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo-JNPKKR-POGI-JHPIEGO. Hal N19-N20
  3. Saifuddin,  AB.  2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI. Hal 511-512
  4. Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Hal 198-200

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SYOK OBSTETRI

      Definisi Syok adalah ketidakseimbangan antara volume darah yang beredar dan ketersediaan sistem vaskular bed , sehingga menyebab...