Uraian Materi
1.
Pengertian
Kala III
Kala III persalinan adalah periode waktu yang dimulai setelah
lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Manajemen Aktif Kala III
Manajemen
aktif adalah kegiatan yang dilakukan berdasarkan alasan untuk mempersingkat kala
III dan mengurangi terjadinya perdarahan post partum.
2. Tujuan Manajemen Aktif Kala III
Persalinan kala III yang lebih singkat.
Mengurangi
jumlah kehilangan darah.
Mengurangi
kejadian retensio plasenta.
3.
Mekanisme
Pelepasan Plasenta
Plasenta adalah massa yang bulat dan
datar. Permukaan maternal plasenta berwarna antara kebiruan dan kemerahan serta
tersusun dari lobus lobus. Pada plasenta bagian maternal inilah terjadi
pertukaran darah janin dan maternal. Pertukaran ini berlangsung tanpa terjadi
percampuran antara darah maternal dan darah janin. Permukaan fetal plasenta
halus, berwarna putih dan mengkilap serta di permukaannya dapat dilihat cabang
vena dan arteri umbilikalis. Dua selaput ketuban yang melapisi permukaan fetal
adalah korion dan amnion, yang memanjang sampai ujung bagian luar kantong yang
berisi janin dan cairan amnion.
Tali pusat membentang dari umbilikus
janin sampai ke permukaan fetal plasenta. Umumnya memiliki panjang sekitar 56
cm. Tali pusat ini mengandung tiga pembuluh darah: dua arteri yang berisi darah
kotor janin menuju plasenta dan satu vena yang mengandung oksigen menuju janin.
Gb.1 Penampang
plasenta
Pemisahan
plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi miometrium sehingga
mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta
menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding
uterus karena plasenta tidak elastis seperti uterus dan tidak dapat
berkontraksi atau beretraksi. Pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta
terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta dan
selanjutnya membantu pemisahan.
Gb. 2 Plasenta dalam uterus
Gb.3 Plasenta menjadi lebih kecil dan mulai
memisahkan diri
Kontraksi
uterus yang selanjutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan
mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan
bekuan darah retroplasenta.
Gb.4 Pelepasan Plasenta
Ada 2 metode untuk mengeluarkan plasenta :
1.
Metode
Schultze
Metode yang lebih umum terjadi, plasenta
terlepas dari satu titik dan merosot ke vagina melalui lubang dalam kantung
amnion, permukaan fetal plasenta muncul pada vulva dengan selaput ketuban yang
mengikuti dibelakang seperti payung terbalik saat terkelupas dari dinding
uterus. Permukaan maternal plasenta tidak terlihat dan bekuan darah berada
dalam kantung yang terbalik, kontraksi dan retraksi otot uterus yang
menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darah dengan kuat dan
mengontrol perdarahan. Hal tersebut mungkin terjadi karena ada serat otot oblik
di bagian atas segmen uterus.
b. Metode Matthews Duncan
Plasenta turun melalui bagian samping
dan masuk ke vulva dengan pembatas lateral terlebih dahulu seperti kancing yang
memasuki lubang baju, bagian plasenta tidak berada dalam kantung. Pada metode
ini kemungkinan terjadinya bagian selaput ketuban yang tertinggal lebih besar
karena selaput ketuban tersebut tidak terkelupas semua selengkap metode
Schultze. Metode ini adalah metode yang berkaitan dengan plasenta letak rendah
didalam uterus. Proses pelepasan berlangsung lebih lama dan darah yang hilang
sangat banyak (karena hanya ada sedikit serat oblik di bagian bawah segmen)
Gb.5
Metode Schultze Gb.6
Metode Mathews Duncan
4.
Tanda-tanda
Pelepasan Plasenta
Bentuk
uterus berubah menjadi globular dan perubahan tinggi fundus.
Tali
pusat memanjang.
Semburan
darah tiba-tiba.
Gb.7 Tanda-tanda
pelepasan plasenta
5. Manajemen Aktif Kala III
a.
Pemberian
suntikan oksitocin
Oksitosin 10 iu secara IM dapat
diberikan dalam 1 menit setelah bayi lahir dan dapat diulangi setelah 15 menit
jika plasenta belum lahir. Berikan oksitocin 10 iu secara IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian luar.
Gb.8 Pemberian suntikan oksitoksin
b.
Penegangan
tali pusat terkendali
Tempatkan
klem pada ujung tali pusat ± 5 cm dari vulva, memegang tali pusat dari jarak dekat
untuk mencegah avulsi pada tali pusat. Saat terjadi kontraksi yang kuat
plasenta dilahirkan dengan penegangan tali pusat terkendali kemudian tangan
pada dinding abdomen menekan korpus uteri kebawah dan atas (dorso kranial)
korpus .
Gb. 9 Peregangan tali pusat terkendali
Lahirkan plasenta dengan peregangan yang lembut dan keluarkan plasenta
dengan gerakan kebawah dan keatas mengikuti jalan lahir. Ketika plasenta muncul
dan keluar dari dalam vulva, kedua tangan dapat memegang plasenta searah jarum
jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
c.
Pemijatan
fundus uteri
Segera
setelah plasenta dan selaput dilahirkan, dengan perlahan tapi kokoh melakukan
massage uterus dengan cara menggosok uterus pada abdomen dengan gerakan
melingkar (sirkuler) untuk menjaga agar uterus tetap keras dan berkontraksi
dengan baik serta untuk mendorong setiap gumpalan darah agar keluar.
Gb.10 Massage Uterus
Referensi
- Depkes.
2007. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPKKR. Hal 123-8
- Saifuddin, AB.
2002. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo-JNPKKR-POGI-JHPIEGO. Hal
N19-N20
- Saifuddin, AB. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI. Hal 511-512
- Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Hal 198-200
Tidak ada komentar:
Posting Komentar