A.
Pengertian
1.
Retensio
plasenta adalah jika plasenta tidak lahir setelah waktu tertentu biasanya ½
sampai dengan 1 jam setelah kelahiran bayi ( Fraser, 2003:524 ).
2.
Retensio
plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir (Saifudin, 2003:178).
3.
Retensio
plasenta adalah plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir
(Wiknjosastro, 2002:656).
Pada keadaan yang normal, plasenta sudah terlepas
dari implantasinya dalam waktu 15 menit
setelah bayi lahir. Apabila dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir plasenta
belum lahir maka keadaan ini disebut dengan Retensio
Plasenta.
B.
Etiologi
Jika plasenta belum lepas sama sekali dari tempat implantasinya, maka tidak
akan terjadi perdarahan, tetapi jika telah lepas sebagian maka akan terjadi
perdarahan yang merupakan indikasi untuk pengeluarannya. Plasenta belum lepas
dari dinding uterus karena :
a.
Kontraksi uterus yang kurang kuat untuk melepaskan
plasenta (plasenta adhesiva)
b.
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili
korialis menembus desidua sampai miometrium – sampai bawah peritoneum (plasenta
akreta – perkreta)
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar
disebabkan oleh tidak adanya suatu usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
( Wiknjosastro, 2002:656).
Sedangkan menurut Hanifa Wiknjosastro dalam bukunya Ilmu Bedah Kebidanan tahun
2000 halaman 163, disebutkan bahwa Retensio
Plasenta disebabkan karena:
1.
Sebab fungsional ialah his yang kurang kuat atau plasenta
sulit lepas karena tempat melekatnya kurang menguntungkan seperti di sudut tuba
atau karena bentuknya luar biasa seperti Plasenta
Membranasea.
2.
Sebab patologi anatomik termasuk Plasenta akreta.
Plasenta akreta adalah keadaan dimana plasenta yang
implantasinya abnormal hingga menembus dinding uterus. Dibagi menjadi :
a. Acreta
vera, plasenta
menembus batas miometrium tetapi tidak kedalam ototnya.
b. Increta, invasi ke dalam miometrium.
c. Percreta, invasi ke seluruh ketebalan dinding
uterus dan struktur pelvis lain, yang paling sering adalah kandung kencing.
3.
Penyebab lain
yaitu kandung kemih penuh atau rectum penuh
Hal-hal diatas akan memenuhi ruang pelvis sehingga dapat
menghalangi terjadinya kontraksi uterus yang efisien. Karena itu keduanya harus
dikosongkan.
C. Pemeriksaan
1. Perdarahan segera dari jalan lahir,
tetapi kadang ada yang tanpa disertai perdarahan.
2. Pemeriksaan fisik, kadang-kadang
pasien febris, nadi cepat dan syok
3. Pemeriksaan obstetric, fundus uteri
masih tinggi, sub involusi
4.
Plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir
5.
Kadang disertai putusnya tali pusat akibat traksi yang
berlebihan
6. Uterus lembek dan nyeri tekan bila
ada infeksi, teraba sisa plasenta dalam cavum uteri.
D. Penatalaksanaan
Penanganan
retensio plasenta adalah sebagai berikut :
a. Manejemen aktif kala III
Peregangan
tali pusat terkendali (PTT)
Memindahkan klem pada tali pusat
hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
Meletakkan tangan kiri di atas
simpisis.
Tangan kanan memegang tali pusat.
Saat uterus berkontraksi, regangkan
tali pusat dengan tangan kanan dan uterus ditekan kearah dorsokranial dengan
tangan kiri.
Ingat!!...
“Hindari
tarikan tali pusat yang kuat dan hindari tekanan pada fundus uteri karena
tindakan tersebut dapat menyebabkan inversio uterus”.
Jika dengan PTT tali pusat bertambah
panjang dan terasa ada pelepasan plasenta, maka lahirkan plasenta dengan
menarik tali pusat kearah bawah kemudian keatas sesuai dengan kurva jalan
lahir.
b. Bila plasenta belum lepas
dalam 15 menit
Berikan oksitosin ke-2, 10 unit secara IM.
“jangan
memberikan ergometrin pada kasus retensi plasenta karena ergometrin menyebabkan
kontraksi uterus kuat sehingga memperlambat pengeluaran plasenta”
Periksa kandung kemih, kateterisasi
bila penuh.
Lakukan kembali peregangan tali
pusat terkendali selama 15 menit.
Bila plasenta belum lahir maka lakukan manual
plasenta
1. Persiapan pasien, penolong dan
peralatan
2. Berikan penjelasan kepada pasien
3. Siapkan pasien dalam posisi
lithotomi
4. Lepaskan
semua perhiasan yang menempel ditangan lalu cuci tangan dan keringkan, serta
gunakan hand scone yang sudah DTT
5. Berikan sedative (diazepam) secara
IV
6. Pakai
sarung tangan panjang pada kedua tangan dan mengenakan sarung tangan panjang
sampai siku pada tangan kanan
7.
Bersihkan daerah perineum dan vulva dengan kapas DTT
dan lakukan kateterisasi bila perlu
8. Pegang tali pusat dengan menggunakan klem, tegangkan
secara perlahan sejajar lantai
9. Masukkan tangan kanan kedalam
vagina secara obstetric menelusuri tali pusat hingga mencapai tempat implantasi
plasenta
10. Lepaskan
pegangan tali pusat dan pindahkan tangan kiri untuk memegang fundus uteri dari
luar untuk membantu uterus berkontraksi
11. Membuka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam, lepaskan sisi
placenta dengan gerakan tangan menyisir
12. Menarik
plasenta secara hati-hati dengan tangan kanan pada waktu uterus berkontraksi
13. keluarkan
plasenta secara perlahan
14. Periksa
kelengkapan plasenta
15. Jika
setelah dilakukan manual plasenta, plasenta belum lahir maka pasien harus
dirujuk di RS→ HISTEREKTOMI
PUSTAKA
1.
Fraser,DM,Copper MA. 2003. Myles Textbook for Midwives.14th edition. UK ; Churchill
Livingstone. Hal 524.
1.
Krisnadi,
Sofie Riyani, et all, 2005, Pedoman
Diagnosis dan Terapi Obstetri Ginekologi
RS.dr.Hasan Sadikin, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung, Hal
118-121.
2.
Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta:JNPKKR-POGI, Hal 178-181.
3.
Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta: YBPSP-MNH PROGRAM, Hal M-30.
4.
Wiknjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu kebidanan, Jakarta : YBPSP, Hal 656-657.
5.
Wiknjosastro, Hanifa, 2000, Ilmu Bedah Kebidanan, Jakarta : YBPSP, Hal
163.
6. JNPK-KR, 2018, Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar