Senin, 02 Maret 2020

RETENSIO PLASENTA



A.   Pengertian
1.      Retensio plasenta adalah jika plasenta tidak  lahir setelah waktu tertentu biasanya ½ sampai dengan 1 jam setelah kelahiran bayi ( Fraser, 2003:524 ).
2.      Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Saifudin, 2003:178).
3.      Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir (Wiknjosastro, 2002:656).

Pada keadaan yang normal, plasenta sudah terlepas dari implantasinya  dalam waktu 15 menit setelah bayi lahir. Apabila dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir plasenta belum lahir maka keadaan ini disebut dengan Retensio Plasenta.

B.   Etiologi
Jika plasenta belum lepas sama sekali dari tempat implantasinya, maka tidak akan terjadi perdarahan, tetapi jika telah lepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk pengeluarannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :
a.    Kontraksi uterus yang kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)
b.   Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium – sampai bawah peritoneum (plasenta akreta – perkreta)
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak adanya suatu usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
( Wiknjosastro, 2002:656).

Sedangkan menurut Hanifa Wiknjosastro dalam bukunya Ilmu Bedah Kebidanan tahun 2000 halaman 163, disebutkan bahwa Retensio Plasenta disebabkan karena:
1.      Sebab fungsional ialah his yang kurang kuat atau plasenta sulit lepas karena tempat melekatnya kurang menguntungkan seperti di sudut tuba atau karena bentuknya luar biasa seperti Plasenta Membranasea.
2.      Sebab patologi anatomik termasuk Plasenta akreta.
Plasenta akreta adalah keadaan dimana plasenta yang implantasinya abnormal hingga menembus dinding uterus. Dibagi menjadi :
a.       Acreta vera, plasenta menembus batas miometrium tetapi tidak kedalam ototnya.
b.      Increta, invasi ke dalam miometrium.
c.       Percreta, invasi ke seluruh ketebalan dinding uterus dan struktur pelvis lain, yang paling sering adalah kandung kencing.
3.      Penyebab lain yaitu kandung kemih penuh atau rectum penuh
Hal-hal diatas akan memenuhi ruang pelvis sehingga dapat menghalangi terjadinya kontraksi uterus yang efisien. Karena itu keduanya harus dikosongkan.

C.    Pemeriksaan
1.      Perdarahan segera dari jalan lahir, tetapi kadang ada yang tanpa disertai perdarahan.
2.      Pemeriksaan fisik, kadang-kadang pasien febris, nadi cepat dan syok
3.      Pemeriksaan obstetric, fundus uteri masih tinggi, sub involusi
4.      Plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir
5.      Kadang disertai putusnya tali pusat akibat traksi yang berlebihan
6.      Uterus lembek dan nyeri tekan bila ada infeksi, teraba sisa plasenta dalam cavum uteri.

D.   Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta adalah sebagai berikut :
a.    Manejemen aktif kala III
Peregangan tali pusat terkendali (PTT)
* Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
* Meletakkan tangan kiri di atas simpisis.
* Tangan kanan memegang tali pusat.
* Saat uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan kanan dan uterus ditekan kearah dorsokranial dengan tangan kiri.

Ingat!!...
“Hindari tarikan tali pusat yang kuat dan hindari tekanan pada fundus uteri karena tindakan tersebut dapat menyebabkan inversio uterus”.
* Jika dengan PTT tali pusat bertambah panjang dan terasa ada pelepasan plasenta, maka lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat kearah bawah kemudian keatas sesuai dengan kurva jalan lahir.

b.    Bila plasenta belum lepas dalam 15 menit
*     Berikan  oksitosin ke-2, 10 unit secara IM.
“jangan memberikan ergometrin pada kasus retensi plasenta karena ergometrin menyebabkan kontraksi uterus kuat sehingga memperlambat pengeluaran plasenta”
*     Periksa kandung kemih, kateterisasi bila penuh.
*     Lakukan kembali peregangan tali pusat terkendali  selama 15 menit.
*     Bila  plasenta belum lahir maka lakukan manual plasenta
1.      Persiapan pasien, penolong dan peralatan
2.      Berikan penjelasan kepada pasien
3.      Siapkan pasien dalam posisi lithotomi
4.      Lepaskan semua perhiasan yang menempel ditangan lalu cuci tangan dan keringkan, serta gunakan hand scone yang sudah DTT
5.      Berikan sedative (diazepam) secara IV
6.      Pakai sarung tangan panjang pada kedua tangan dan mengenakan sarung tangan panjang sampai siku pada tangan kanan
7.      Bersihkan  daerah perineum dan vulva dengan kapas DTT dan lakukan kateterisasi bila perlu
8.      Pegang tali pusat dengan menggunakan klem, tegangkan secara perlahan sejajar lantai
9. Masukkan tangan kanan kedalam vagina secara obstetric menelusuri tali pusat hingga mencapai tempat implantasi plasenta
10. Lepaskan pegangan tali pusat dan pindahkan tangan kiri untuk memegang fundus uteri dari luar untuk membantu uterus berkontraksi
11. Membuka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam, lepaskan sisi placenta dengan gerakan tangan menyisir
12. Menarik plasenta secara hati-hati dengan tangan kanan pada waktu uterus berkontraksi
13. keluarkan plasenta secara perlahan
14. Periksa kelengkapan plasenta
15. Jika setelah dilakukan manual plasenta, plasenta belum lahir maka pasien harus dirujuk di RS→ HISTEREKTOMI
PUSTAKA
1.         Fraser,DM,Copper MA. 2003. Myles Textbook for Midwives.14th edition. UK ; Churchill Livingstone. Hal 524.
1.         Krisnadi, Sofie Riyani, et all, 2005, Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri  Ginekologi RS.dr.Hasan Sadikin, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung, Hal 118-121.
2.         Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta:JNPKKR-POGI, Hal 178-181.
3.         Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBPSP-MNH PROGRAM, Hal M-30.
4.         Wiknjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu kebidanan, Jakarta : YBPSP, Hal  656-657.
5.         Wiknjosastro, Hanifa, 2000, Ilmu Bedah Kebidanan, Jakarta : YBPSP, Hal  163.
6.      JNPK-KR, 2018, Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SYOK OBSTETRI

      Definisi Syok adalah ketidakseimbangan antara volume darah yang beredar dan ketersediaan sistem vaskular bed , sehingga menyebab...